Akankah Fakultas Hukum & Kebahagiaan?
Orang hukum? Kerap-keraplah menonton renang indah atau menikmati lentik tarian sang Balerina.
Tak cuma raga atletisnya yang lentur meliuk ekspresif, dan terlihat bak panorama lukisan hidup yang supra jelita. Semburan air yang terpelanting pun bersorak sorai seperti buah karya seni konsfigurasi kristal dengan buliran beraturan.
Penonton tersenyum simpul lebar-lebar, takjub tanpa ujar, merasakan sukaria sebelas kali impas membayar mahal tiket renang indah.
Fenomena dari ruang gimnasium itu tepat jika dipindahkan ke ruang fakultas hukum dan meja perundingan bisnis.
Kualitas akademis-praktis ala senam air seperti itu terasa defisit dalam pelajaran hukum di fakultas, seakan hukum hanya penjumlahan pasal yang monoton dan kaku, yang tersisa sebagai kengerian.
Praktisi hukum mesti dilatih menciptakan atraktifisme liukan molek yang membumikan hukum sebagai keselarasan, konsensualitas menang-menang, tanpa sebait pun penyalahgunaan keadaan, willikeur, misbruik van recht, apalagi mala prohibita.
Yang kala mencium hawa kontrak-nya saja sudah berburai kebahagiaan, apalagi menurunkan tanda tangan berakhir jabat tangan berlian. Tahap penting mereproduksi kebahagiaan. Sangat humanis dan smilis.
Akankah menggugat fakultas hukum diubah menjadi fakultas hukum dan kebahagiaan?
Bukankah tujuan hukum adalah kebahagian sebesar-besarnya bagi orang sebanyak-banyaknya. Sekadar menambah catatan #LawyeRprudence.