Menari Dalam Hati

Aku berjalan menghadap gerbang. Menatap awan tebal yang bertindih-tindah warna terang.

Wajahku diusap angin yang bersuara riuh riang. Keluar dari sela daun-daun pepohonan yang meliuk-liuk bak sajikan tarian zapin Deli dipantik ketipak gendang.

Keluar dari pintu gerbang masjid pun dengan hati bersyukur bernotasi rabbani dalam tempo mars semangat riang.

Kembali ke rumah patik disambut hawa sejuk dari kipas angin jangkung menjulang, semenjak langkah pertama masuki pintu yang terpangah lapang.

Siapakah yang sengaja menyetel kenop tenaganya begitu kencang? Pasti ada seseorang.

Aku tak butuh jawaban, namun terpantik dengan petualangan pertanyaan. Ikhwal angin dan awan warna terang setakat kejadian melewati pintu gerbang masjid barusan.

Pun demikian lakon kipas angin menyisakan satu kesadaran mendalam. Pasti ada Yang Kuasa menyetel deru ‘angin menarikan zapin’, yang gemulai dengan takaran dan presisi jitu menyapu wajahku. Cara sederhana menambahkan daftar bersyukur kalbu.

Seperti pertanyaanku yang tergeletak beberapa tahun silam, pasti ada rahasia dan alasan sahdu mengapa Surah Al Fatihah didahului ayat syukur ‘Alhamdulillahirabbil Alamin’. Mengapa bukan ayat kasih sayang ‘Arrahmanirrahim’?

Ayat pertama ummul kitab pengajak syukur yang sarat rahasia mendalam.

Gali dan yakini pengobat sejati bergenerik rabbani. Mari menari dalam hati.

Leave a Reply