Merah Jingga Interaktif … (15)
8. Penasaran Roxelana.
Tak rela jadi fosil paling baru disergap zaman, Hastouki-Baihaqi mengerahkan semua kemampuan demi inovasi. Tak mau diseret-seret kencangnya perubahan.
Dipupuknya benih-benih penasaran. Rajin ditengoknya kiri-kanan, dibanding dan ditimbang model kedai kopi seluruh dunia, dimanjakan perasaan dengan tenang paling damai demi memantik inspirasi.
“Dari TOD Senen penasaran menghebat, lompatan kuantum kedai kopi ‘Sangg’ direncanakan!”, tekat Hastouki bulat, entah Baihaqi masih oval.
Jeda sejenak. Waktu berhenti? Kedip-kedip dua titik jam digital stasiun Senen setop? Tak hanya berhenti, jeda itu seakan menyedot energi, melunglaikan akal rasio.
Tenaga semesta mana sedang bekerja ekstra? Keduanya menahan nafas agak panjang. Berusaha melawan serangan penghisap energi yang mengambil oksigen dari aliran darah. Akibatnya detak jantung melorot, tegak tulang belakang meleot seperti koran basah disiram hujan tengah hari.
Apa yang terjadi?
Rupanya, ada sosok perempuan yang memesona paling memesona sedang lewat, keajaiban langit Senen seperti diturunkan tepat di kedai ‘Sangg’. Begitu kuat tenaga pesona itu menghentikan detak jam digital. Siapa masih bilang perempuan lemah, dia konyol!
Keajaiban yang menjema sebagai perempuan molek dari defenisi cantik klasik abad XVI. Itukah duplikasi kecantikan milik perempuan berdarah Rusia bernama Roxelana yang menaklukkan hati sang sulthan dari kekaisaran Ottoman? Lingkaran waktu datang begitu cepat membawa permaisuri sulthan Sulayman al Kanuni ke kedai ‘Sangg’, Jumat malam 1 Juli 2022. Lingkaran tamsil Einstein untuk waktu alias zaman yang mengitari dirinya sendiri.
“Dunia mengulangi dirinya sendiri, selama-lamanya, setepat-tepatnya”, untai kalimat pertama Alan Lightman dalam Einstein’s Dream.
Hastouki dan Baihaqi masih lunglai, seakan bumi berhenti berputar di porosnya, dan mereka terbanting-banting tak stabil kekurangan energi. Mitokondria dalam tubuhnya yang menghasilkan energi dan tempat berlangsung fungsi respirasi sel makhluk hidup, berkurang drastis. Mengganggu ritme fisiologisnya. Keduanya hanya teronggok diam dan bergumam lemah beberapa masa. Dengan sisa daya tahan masing-masing.
“Gawat, kenapa dia ada di sini?”, bisik hati Baihaqi, walau tak keluar sebagai kalimat dari bibirnya.
“Apa aku sudah menjadi fosil?”, bisik Baihaqi lagi masih tertahan dalam hati.
Hastouki idemditto. Hanya bisa gumam dalam hati, sebut saja GDH. Padahal 28 menit barusan dia paling jago mengatur tata bicara seperti membaca mantra menyembuhkan penyakit kawannya dari benua VIII.
“Oh Tuhan, apakah aku sedang terjaga atau fosil yang pingsan?”
“Ini bukan cantik, ini permata karya agung paling bersinar”.
“Dari pertambangan manakah dia berasal?”, Hastouki masih GDH, terbit lagi dan lagi rasa terpesona. Sudah lama dia tak merawat syaraf pesona miliknya, sebab itu dia masih jomblo sampai malam ini. Hebatnya, dia terpesona dalam keadaan lunglai kala poros bumi seperti berhenti berputar.
Ahaaa, interupsi sebentar.
Memang Hastouki-Baihaqi mengerti dimana poros bumi? Dimana titik pusatnya? Usah menunggu keduanya berdebat. Kitab ensklopedia bergambar sejarah Rasul menyebut Ka’bah di kota Mekkah adalah titik pusat atau tengah bumi. Poros bumi.
Dengan bantuan ilmu matematika dan kaidah “spherical triangel”, Prof. Hussen Kamel menggambarkan Mekah titik tengah bumi. Hussen Kamel memublikasikan melalui The Eqyptian Scholar of the Sun and Space Research Center yang berpusat di Kairo.
Jeda masih berlanjut. Menjadi beberapa jenak. Energi dan semangat yang terpantik akibat euforia menang debat, sontak terkulai seakan tersedot pesona permata, eh.. maaf, Roxelana yang lewat di serambi kedai kopi ‘Sangg’.
Apakah yang tengah terjadi?
Beberapa masa dalam skala detak jantung berlalu, mungkin 5 atau 7 detak barulah Hastouki pulih, menyadari ada perempuan cantik berparas Turki yang tinggi semampai.
Tubuh tinggi memang anasir kecantikan tak tergantikan, tungkai panjang adalah idaman perempuan sepanjang lingkaran waktu. Dari mana pula Hastouki paham literasi perempuan Turki? Apa Hastouki diam-diam suka film Turki karena paras artisnya yang cuanntiik?
Perempuan Turki yang melintas itu memang aduhai. Memukau, cantiknya top. Bukan cantik biasa. Lansing, kurus, lehernya jenjang, rambut halus lengannya terjurai sedikit menutupi pori, beberapa helai rambut tumbuh di ruas jari manis dan jari tengahnya. Dia pemilik tubuh berkulit putih bak batu permata pualam. Dari pertambangan manakah dirinya berasal? Belum ada jawaban! Tak ada inspirasi, macet paling macet! Entah kalau Baihaqi punya bocoran
Rambutnya lepas gerebang. Yang tampak sehat sampai ke ujung-ujungnya, sudah pasti karena diurus telaten. Helai-helai rambut merona merah itu melambai-lambai di terpa angin dari ceiling fan tepat di atas kepalanya, seakan Balerina berada di helai-helainya.
Alis matanya tebal hitam seperti semut gerengga senam beriringan, yang berjalan bertintin seakan anggota tubuh semut beriring itu berpilin-pilin. Walaupun tak memakai celak ala India. Bertambah-tambah sempurna indah dengan kelopak mata dan bulu mata yang berkedip-kedip, bergerak lincah seperti anak burung jalak mengepak sayap.
Lincah bola mata dan kelopaknya itu pertanda tinggi indeks kecerdasannya. Cantik dan cerdas yang tak terpisahkan. Tampak dari bening bola matanya, yang putih dan hitamnya tak terpisahkan.
Dia melintas di sisi kanan mereka. Namun sialnya, Roxelana tidak selirik ujung matanya memandang Hastouki-Baihaqi yang terduduk dan dilewatinya begitu saja. Rasa kurang beruntung lebih banyak dirasa Hastouki, karena dia nyaris berhadapan dengan sosok Roxelana abad XVI itu, sedang Baihaqi posisi membelakangi namun bisa melihatnya dengan sudut mata, pun dengan insting perjakanya. Namun kepalanya merunduk, bahasa tubuhnya menceritakan siapa dia.
Roxelana melenggang dan membiarkan. Padahal keduanya Lawyer-Barista, mantan aktifis kampus, dikenal luas pergaulan aktifis mahasiswa, juara MCC, banyak digemari adik kelas yang aduhai dan ‘Sekerli’, dan harus dicatat, keduanya pemilik kedai kopi ‘Sangg’ ini. Beruntung Ronny dan kasir bertugas yang melihatnya lebih lekat.
Apa mungkin Roxelana, perempuan berparas Turki itu belum siuman? Atau dia lebih mementingkan urusan mereguk Gayo Long Berry daripada melirik dua sosok yang terdiam, antara tidur dan pingsan.
Tak ada terdengar sepotong suara dari kerongkongan keduanya yang 28 menit lalu berdebat adu suara, nyaris bertengkar, menganiaya dengan kata-kata kejam, lantas berbaikan lagi, saling minta maaf, dan saling kompak melindungi, berjanji sebagai sahabat kental.
Kata-kata kejam dan kalimat aniaya takluk dengan selintas pesona tanpa suara. Pesona milik perempuan yang dibayangkan Hastouki bak sosok Roxelana. Belum ada inspirasi, dari pertambangan permata mana Roxelana berasal mula.
Hastouki penasaran. Dilanda penasaran yang menghebat. Bakal ada lompatan kuantum kedua?