Merah Jingga Interaktif … (2)
Berhenti dengan urusan Langit.
Jeda dari urusan senja yang menombak Awan Udang Galah.
Kembali dengan urusan di bumi.
Pun begitu setelah ditinggalkan senja, alur cerita bumi Senen tidaklah kemudian berwarna kelam. Tidak sepenuhnya benar senja adalah batas surya yang tenggelam, sebab Senen malah bangkit menghimpun terang.
Sehamparan bumi kawasan Senen berkilau dengan berbinar-binar cahaya lampu, yang disorot dari arah bawah dan sudut samping dinding gedung. Kompak menyinari sebuah karya real estat properti hand made, yang terpacak sebagai 3 tower jangkung.
Dengan sekali tekan kenop, sekujur tubuhnya mengeluarkan cahaya tak alang kepalang tanggung, sampai ke jerejak lantai paling pemuncak yang tak bertingkap. Seakan gedung jangkung itu mereproduksi cahayanya sendiri.
Pancaran sinarnya seakan hendak berlomba mengejar rambatan binar merah jingga, binarnya seakan hendak dikirim sampai langit lapis VIII, itupun kalau berani berimaji seakan langit lapis VIII itu sebenar-benar ada.
Tampaknya manajemen gedung sangat royal dengan lampu, dan disiplin menjaga standar sistem pencahayaan yang memukau. Samar terdengar suara pengumuman sebentar lagi rekayasa cahaya yang futuristik hendak ditampilkan, sayup-sayup menyebut atraksi fantastic light, mungkin juga disertai active light bahkan mysterious light. Otoritas pelancongan negeri Melaka sudah lama menggiatkannya sebagai Futuristic Melaka River.
Mungkin maksudnya mencipta kemilau sekujur tubuh tower, mulai bagian paling luar yang memagnit agar kaki-kaki pengunjung berdatangan ke sana. Dan menjualnya sebagai atraksi ‘song of the light’ kepada pengunjung.
Pun, bagian dalam tower itu sengaja menyeruakkan hawa wangi di tiap bagian interior milik para vendor, aromanya berbeda-beda di tiap gerai, walau tetap saja enak terendus sebagai aroma wangi. Yang berikhtiar aduhai agar pelanggan masuk dan betah berlama-lama di dalam: memilih-milih yang disuka, bertransaksi, belanja dan terus belanja. Makan dan minum juga, atau sekadar membunuh waktu bergaya bak sosialita yang rajin arisan.
Arsitek dan interior desainer yang andal (dan dibayar mahal) paham menciptakan properti hand made yang secara sistematis dirancang untuk memanjakan dan ramah pada pelanggan. Walau sebenarnya hanya ramah pada kartu debit atau kartu kredit saja.
Pun pramuniaga perempuan pandai membujuk, dengan kerling mata, pamer senyum aduhai, tutur kalimat gemulai, mencegah tingkah pengunjung tak hanya sekedar cuci mata, window shopping, melihat display di gerai-gerai tanpa hajat membeli.