Merah Jingga Interaktif … (3)
Sebuah mobil jalannya tak terlalu laju, suaranya halus nyaris bisu, tak ada suara klakson berderai walau jalan ramai.
Seratus meter kemudian, lampu kuningnya berkedip-kedip, bersiap belok ke kiri, tak ada suara panduan dari aplikasi Google Maps, Mang Pardi sang driver sudah biasa jalan ke sini.
Dari dalam mobil, interiornya futuristik berwarna gelap, pendinginnya menghembuskan hawa sejuk dan wangi Dyptique Berries, alunan musik gamelan terdengar pelan. Seorang lawyer duduk di jok bagian belakang, hanya sendirian.
Dia melempar pandang keluar, melipat lututnya dan tertegun ke atas langit Senen yang merah. Mobil itu hampir berhenti. Jalannya melambat ke arah hamparan berdirinya gedung yang badannya mengeluarkan cahaya mengkilat.
Panorama awan tertombak senja dan pijaran sinar yang seakan hendak dikirim ke langit VIII itu ditengoknya dari jendela, masuk ke lewat bias kaca, menerobos baju, kulit dada, otot, urat dan jantungnya. Hanya beberapa saat usai ratib pendek, mengikuti fardhu magrib dalam perjalanan after office hour yang kusut. Matanya runduk, hatinya rebah.
Dia baru berusia 24 tahun jalan 25, tubuhnya tinggi, ramping dan tungkainya panjang, memiliki warna kulit yang cerah, wajahnya tirus-kurus, lehernya jenjang, hidung mancung jika diukur standar orang Indonesia. Rambutnya lurus, potongannya rapih, dipeliharanya kumis tipis dan sedikit janggut.
Berhenti sempurna.
Pintu belakang mobil terbuka.
Sang pemilik tungkai turun dari BMW 7 Series Sport Edition yang loyal mengantar dari sebuah law firm di kawasan Menteng, masih dipusat super metropolitan Jakarta.
Langkah pertamanya menapak lokasi noktah koordinat Tower 1, persis di mulut kawasan komersial TOD Senen. Dia masih memikirkan merah jingga itu, dan merah jingga itu membarter pikirannya itu dengan serumpun imajinasi. Padahal pikirannya belum selesai untuk sang merah jingga cantik.
Dilemparkan pandangan mata menyorot ujung jalan underpass yang ramai. Merekam kesibukan penjaga kawasan Senen mengatur lalu lintas Jalan Letjen Suprapto/Cempaka Putih. Membuktikan matanya masih normal dan afiat. Bukan mata myopia. Tidak rabun jauh dan tidak pula rabun senja, walau mata masa kecilnya pernah divonis silindris dan berkacamata.
Langkah kedua dan ketiga miliknya mulai beraksi, kawasan komersial TOD Senen cepat-cepat dimasuki, mungkin akibat pengaruh tenaga medan magnit dari tower jangkung berpilin tiga, yang sejoli bak tudung pelindung bagi penghuni.
Hastouki, sang pemilik tungkai panjang dan tidak rabun myopia itu- langsung mengambil langkah tegap terukur, pengaruh disiplin paskibraka masih membekas dari cara berjalannya.
Dia menapak pedestrian melandai yang tergeletak namun dibangun megah, area ‘walk way’ itu tabah terus diinjak-injak, ditata apik dengan kembang setaman yang asri. Pedestrian yang bebas hambatan walau di bagian belokan melingkar dan tikungan tajam.
Karya seni instalasi replika tugu Senen terpacak di kerongkongan pedestrian. Seakan membacakan puisi selamat datang, dan menisbahkan lagi kesan “Senen Kawasan Berkesenian”.
Menengoknya sekali sapuan mata saja, indeks kepenatan lesap separoh badan. Maafkan otoritas kota alpa mengirim infografisnya via fitur “Indeks Kebugaran” yang terkoneksi otomatis dengan smartphone kala memasuki “kekuasaan” Wifi gratis-nya. Pencahayaan gedung jangkung itu seperti therapi, dan atraksi instalasi kesenian kawasan TOD Senen itu seperti layanan Wellness yang membuat pengunjung cepat bugar dari penat. Urban planner menyatukan anasir Smart City, Liveable City and, as well as Wellness City.
Wellness penting bagi warga kota yang dinamis, kalau tidak hendak menyebutkan stress sebagai sinonimnya. Kata “Wellness” itu lawan dari “Ill-ness”, diksi untuk proses mendekati sakit.
Anda kurang percaya?
Silakan mencoba, datangkanlah dirimu di bawah langit Senen. Intim-lah dengan keajaiban rona merah jingga yang tengah berkesenian, langit adalah pentasnya. Jadilah penikmat merah jingga yang intim, dengan rasa. Ya, rasa merah jingga.
Soal cepat bugar dari penat itu? Buktikan aktifasi semangat menyala-nyala, di sana. Pabrikasi inspirasi merajalela, di sana. Bukti anda telah menjadi warga yang bugar lagi, di sana. Nge-Wellness-lah, di sana.