Risalah Hari Kemerdekaan: Sekolah Kelakuan
“Bisa ke sekolah”. “Tak harus ke kantor polisi”, ujarku. Dalam hati saya tercengang dan sontak setuju. Ketika membaca daftar pendek persyaratan itu.
Itu hal ikhwal syarat surat perihal kelakuan baik yang bisa diterbitkan kepala sekolah. Terbukti sekolah tak hanya mereproduksi ijazah. Sekolah bukan kedai pengetahuan.
Itu pas dan punya pangkalan gagasan. Sebab sekolah tak hanya pengayaan kognitif, namun mengasah afektif dan skills psikomotorik. Mengasah afektif itu kekira menyekolahkan kelakuan.
“Sekolah itu episentrum pendidikan”. “Yang mencerahkan peradaban”, ujarku pelan di SMA 36 Jakarta.
Bukan hanya mengunduh “abc-xyz” informasi dan ilmu pengetahuan. Sekolah tau mana yang aseli kelakuan, mana prank, mana hasil settingan.
Kelakuan baik itu menggerakkan ilmu pengetahuan yang barokah. Pemiliknya berkibar dalam gemahripah. Sebab itu konstitusi berbunyi “mencerdaskan kehidupan bangsa”, dalam pangkalan berkat Rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Berkah itu apa? Perlu tanya ahli takwil. Tanyakan mufassirun. Saya bukan.
Ini metafora sederhana. Seperti menengok bendera dwiwarna berkibar di lapangan sekolah, saya tak hanya dapat panas naikkan imunitas, dan foto bernas naikkan antusias. Namun, awak makin sehat dan surplus semangat di siang Jumat. Menyiapkan berkas dan syarat semakin nikmat. Semangat pangkal sehat. Semangat itu yang merawatkan etos perjuangan. Semangat itu mendokterkan elan pembangunan.
Perihal posisi kelakuan yang dibungkus sebagai etika, kekira seperti samudera kepada “kapal” hukum. Tanpa etika, hukum sakat tak kuasa berlayar. Saya teringat Earl Warren, mantan Ketua Mahkamah Agung USA. Katanya, “In civilized life, law floats in a sea of ethics”.
**
Sebentar lagi, dirayakan Proklamasi 17 Agustus hari pembebasan. Esoknya, 18 Agustus hari Konstitusi. Apa gunanya Konstitusi tanpa Proklamasi? Keduanya berpadu. Seperti ilmu hukum konstitusi mengajarkan konsep ini: Konstitusi Pembebasan (Liberating Constitution). Mencerdaskan kehidupan bangsa, satu identitas konstitusi.
Analog Ketua MA USA, ijinkan saya menamsil bahwa: kelakuan kepada peradaban itu seperti Proklamasi kepada Konstitusi. Bacalah sejarah Konstantinopel, Andalusia, maupun Adam dan Hawa. Terlebih tarikh misi kehadiran Muhammad Rasulullah memperbaiki akhlak=kelakuan.
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
Artinya: Sesungguhnya aku (Rasulullah ﷺ) diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang baik. (HR. Ahmad 2/381).
Sangat luar biasa. Hanya 63 tahun. Hanya 23 tahun sejak kerasulan. Tak sampai takaran 5 Pelita mengubah peta peradaban dunia.
Majelis Pembaca. Ini risalah kecil-kecilan saja, bahwa: kelakuan kudu terus disekolahkan, dirawat dan didokterkan. Jangan risau. Sebab menyekolahkan kelakuan, kiranya seakan mengibarkan misi kenabian Rahmatan lil Alamin. Jadilah orang berkelakuan baik, anakdaku. Tabik. (Muhammad Joni, Advokat, pembelajar)