TOD & SUPER METRO: Mengabdi kepada Siapa?

Super Metro(politan)? Seperti figur Superman yang pahlawan buatan “pengabdi” kemaslahatan warga? Patik mendengar lagi ujaran kegelisahan (dan peluang!) ikhwal Super Metro dari pidato ringkas Siswono Yudhohusodo kala helat Property & Bank Award XII. Juga dari Arnold Mamesah, saat diskusi fokus di kantor Sekretariat Wakil Presiden yang mengundang HUD Institute mengubak “Strategi Pengembangan Kota dan Perumahan” (17/11).

Jangan super kaget, bung. Jakarta (akan) menjadi Super Metro kedua di dunia, setelah Tokyo Yokohama. Super Metro Jakarta terkoneksi (infrastruktur) dengan kota-kota besar se-pulau Jawa yang memetropolitan?!

Diserbu urbanisasi dan kaum pencari kemajuan generasi milenial “jaman now”. Berimajinasilah Jakarta terkoneksi sampai Bandung terus ke Surabaya bahkan Bali. Meikarta? Masih amat dekat.

Kiranya Jakarta terkoneksi kota-kota besar di seberang pulau Sumatera sana, jangan rendahkan imajinasi anda. Akankah Super Metro Jakarta menjadi kota Super Bahagia?

Takdir manusia menetap dan bertempat tinggal. Menghuni rumah! Rumah yang layak dan mendukung ragam hajat hidup. Ketersediaan perumahan, tidak bisa nihil dari fasilitas sosial pendukung kehidupan dan penghidupan, prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU), termasuk pergerakan dan perjalanan. Manusia makhluk sosial dan makhluk ekonomi yang mobilitas tinggi.

Jurus Transit Oriented Development (TOD) adalah bak kosa kata baru yang molek bertenaga bagi pembangunan kota. Jurus atasi ruwet kota. Pun sebagai site pengerjaan konsep Land Bank untuk kepentingan publik. Yang mengabdi kepada pembangunan kota.

Dititik ini temali TOD dan Land Bank yang menjadi tesis bagi penyediaan hunian/perumahan dan pembangunan kota.

Pertemalian housing and urban development, itukah alasan mengapa Housing and Urban Development (HUD) Ministry seperti di USA diadakan. Kalau kesejahteraan rakyat adalah buku wajib, kiranya HUD adalah bab penyokong mencapai negara yang Inklusif Kesejahteraan. Seperti amanah konstitusi Pasal 28H UUD 1945.

Kalau TOD kosakata baru dalam pembangunan kota, itu tak hanya (dan berbeda dengan) pembangunan infra struktur yang serba fisik. Kokoh, compact, atau arogan?

Spirit HUD itu berdimensi kemanusiaan dan kebahagiaan untuk semua.Pertemalian kota dan komunitas dengan berkelanjutan (suistainable cities and community).

Pas jika ikhwal hunian/perumahan bagi MBR adalah domein jaminan sosial dan pemenuhan kebutuhan dasar. TOD dan Land Bank sebagai “kosakata”, jangan abaikan soal itu sebagai bagian “buku wajib” kesejahteraan rakyat. Malah semusti-mustinya, kua idiologis dan normatif, TOD dan Land Bank menjadi “kosakata” penyokong “Bab” perumahan dan pembangunan perkotaan.

Eureka… kota, metropolitan, bahkan Super Metro pun dibangun untuk dihuni manusia secara layak (liveable). Bukan hanya dibangun untuk dicatatkan dan diperdagangkan. Smart and Green adalah bagian dari wataknya. Suistainable Cities and Communities adalah pencapaiannya.

Kota bukan penjumlahan gedung dan infrastruktur tanpa manusia, atau bukan lingkungan super metro tak berjiwa.

Dari Jakarta yang berhujjah: “Bangun Kotanya, Bahagiakan Warganya”, kita menghendaki naiknya indeks Indonesia Negara Bahagia. (MUHAMMAD JONI, The HUD Institute).

Leave a Reply